Oleh: Dendi Budiman
Kata kunci: Yaspida, Ikbaya, Ikmada, Himada, Forsada
Antara tahun 2014 sampai 2015,
Alumni Yaspida mengalami masa perselisihan, silang pendapat dan benturan
gagasan. Dampak nyata dari benturan itu tentu saja tidak selalu positif,
seperti yang di katakan Maouris Deferger. Dari grup FB, BBM, WA bahkan di dunia
nyata sekalipun, perdebatan panjang mengenai ide tentang organisasi alumni ini berlangsung
cukup keras.
persoalan organisasi alumni,
dalam konteks ini alumni Yaspida, barangkali bagi sebagian kelompok merupakan
wacana yang “membosankan”. Apa yang membuatnya membosankan, selain wacananya
itu-itu lagi dan terbilang sudang usang. Bagi kelompk ini wacana organisasi
alumni acapkali ditengarai oleh dorongan sesepuh pesantren yang pada gilirannya
berhasil menggerakan masa untuk melakukan terobosan-terbosan. Tetapi selain itu
mengapa diangap membosankan, barangkali adalah persoalan wacananya yang musiman
dan selalu berakhir dengan ketidak pastian bahkan tak jarang dampaknya mengusik
kemesraan mereka yang sedang
intim-intimnya berkawan.
Kalau kita tengok ke belakang,
dan mau jujur pada sejarah, wacana ini juga yang membuat sekat antara “kita”
sehingga menjadi “aku” dan “kamu” dengan jurang yang menganga diantara
keduanya. Lantas apa yang membuatnya demikian, mengapa wacana yang dibangun
dengan kesadaran justru pada akhirnya meruntuhkan kesadaran itu sendiri. Atau mengapa
tujuannya mempersatukan justru kenyataannya memecah belah, membuatnya
remuk redam, bahkan membuatnya hancur
bercerai berai. Pertanyaan-pertanyaan itu barangkali yang harus dijawab sebagai
bentuk tanggung jawab atas apa yang pernah terjadi.
Tulisan ini (bukan) tulisan yang
objektif, karena ditulis orah satu orang dan sifatnya sudah pasti subjektif,
tetapi apakah objektifitas itu ada? Itu juga yang menjadi penolakan kelompok
filsafat kritis mazhab “Frankpurt” terhadap objektfitas.
Tahun 2014 (bagi sebagian orang)
diyakini menjadi tahun kebangkitan alumni, ditandai dengan munculnya
gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya alumni ini berperan untuk
pesantrennya, sekolahnya, apa yang bisa kita perbuat untuk kemajuan dan
kejayaannya dimasa depan dan apakah kita masih akan seperti dulu,
berkasih-kasih membangun almamater yang dengannya kita menjadi hari ini. Obrolan
ringan di kosan pengap atau disela-sela hajatan
pernikahan mantan turut mendorong matangnya wacana itu. Tentang kebutuhan
sebuah wadah yang mengakomodir alumni, wadah yang memang fokus bicara pengabdian
alumni secara universal ataupun bentuk terobosan baru untuk kemajuan bersama. Puncaknya
ketika sesepuh pesantren tertimpa genteng
dan harus dilarikan ke RS Hasan Sadikin, Bandung. Di sana beliau menyampaikan
harapannya didepan alumni yang ada di Bandung untuk segera membentuk organisasi
alumni untuk yang ada di Bandung. Harapan beliau itu barangkali bisa dipahami
karena terjadinya kepakuman organisasi alumni Yaspida yang sudah ada, IKBAYA
(Ikatan Keluarga Alumni Yaspida), yang dibentuk pada tahun 2011.
Harapan
itu kemudian direspon posItif
oleh alumni yang sedang kuliah disana dengan membentuk organisasi yang
diberi
nama Ikatan Keluarga Mahasiswa Alumni Yaspida (IKMADA) yang kemudian
hari berubah menjadi Ikatan Keluarga Alumni Yaspida (IKMADA) Bandung pada
tahun 2014.
Sebagai organisasi dengan mayoritas mahasiswa sebagai penggeraknya,
tentu saja
membuatnya bergerak lebih masif dari pendahulunya.
Selanjutnya, tidak lama setelah
IKMADA Bandung, masih ditahun yang sama, obrolan ringan di hajatan mantan pun pada gilirannya melembaga menjadi sebuah
organisasi. Gagasan yang berserak itu kemudian di rapihkan lalu pada bulan Juni,
sebelum Milad Yaspida, di pelataran Balai Room Universitas Indonesia,
dibentuklah secara resmi Himpunan Alumni Yaspida (HIMADA). Dengan mengusung
wacana kesetaraan, tanpa mengelompokan status sosial ataupun profesi di nilai
cukup berhasil merebut simpati alumni Yaspida yang sudah lama merindu akan
hadirnya organisasi alumni yang mengejawantahkan kebutuhan semua kalangan.
HIMADA tidak berbicara status profesi, angkatan, ataupun sentimen kedaerahan.
HIMADA miliki alumni Yaspida, untuk kemajuan bersama.
Hari berganti, geliat alumni
mulai terlihat. Kepercayaan mulai terbangun dengan terobosan-terobosan baru.
HIMADA kemudian menginisiasi untuk mengadakan pertemuan alumni sekaligus merespon
momentum “Halal Bi Halal” alumni Yaspida tahun2015. Berlokasi di puncak,
Cisarua, Himada berhasil mengumpulkan alumni Yaspida dengan semua angkatan
hadir keterwakilannya. Dari sana digagaslah “Fakta Integritas”, hitam diatas
putih yang isinya adalah menyatakan bahwa Himada menjadi organisasi seluruh
alumni Yaspida. Di forum itu, semua organisasi yang pernah ada, disaksikan oleh
para ketua, menyatakan melebur, baik itu IKBAYA ataupun IKMADA melebur kedalam
HIMADA. Dari sana mulai terlihat titik terang arah perjuangan alumni Yaspida.
Namun
laut tak selalu tenang. Skenario perjuangan tak mulus begitu saja, badai pertama
datang dari angkatan pertama yang menolak bahwa HIMADA organisasi seluruh
alumni Yaspida. Mereka menilai untuk apa membentuk organ baru sedangkan IKBAYA sudah
lama terbentuk. Memang ketua IKBAYA pada waktu itu adalah angkatan pertama. Perdebatan
mulai nampak, laiknya perselisihan ade dengan abang, ribut-ribut kecil itu
wajar-wajar saja. Namun pada gilirannya keributan itu melibatkan ade-ade yang
lain dan juga abang-abang yang lain. Ditengah penolakan dari IKBAYA, datang
kabar dari IKMADA yang menyatakan akan melangsungkan pelantikan kepengurusan,
di Bandung.. Kondisi smakin tak menentu, riuh rendah dinamika almuni semakin
menjadi. Pertentang, benturan argumen, baik di media sosial maupun di dunia
nyata semakin terlihat, puncak klimaksnya ketika keributan itu sampai pada ayah
dan bunda, sebagai teladan semua. Menengahi keributan ade-abang itu,
dimunculkanlah “MORATORIUM ORGANISASI ALUMNI YASPIDA”.
Moratorium
dilangsungkan di Gedung Pertemuan Yaspida Sukabumi. Hadir waktu itu seluruh
perwakilan organisasi mendengarkan pandangan bapak sesepuh dengan harapan bisa
menyudahi keributan antara kelompok muda
dengan kelompok tua istilahnya
Hary.J.Benda.
Sejarah
mencatat, di forum itu semua organisasi alumni Yaspida di BUBARKAN oleh bapak
sesepuh. Selanjutnya masih di forum yang sama, bapak sesepuh, dengan
menerbitkan Surat Keputusan Yayasan, memproklamirkan organisasi yang resmi,
yang dibubuhi tanda tangan dan stempel basah, bahwa organisasi alumni Yaspida
yang resmi yang baru, bernama Himpunan Alumni Yaspida (HIMADA) dengan Yaspida
sebagai pusatnya dan daerah-daerah lain menjadi cabangnya.
Selanjutnya,
tahun 2015, untuk kali pertama, HIMADA menggelar Musyawarah Alumni yang belokasi
di Yaspida pada tanggal 13 Januari 2015. Hasil dari musyawarah itu menetapkan
tujuan organisasi yang termaktub dalam AD/ART, Garis-Garis Besar Haluan Organisasi,
serta Manifesto HIMADA. Hasil musyawarah itu juga memilih Zaenal Abidin,
angkatan 11 sebagai ketua umum HIMADA.
Selang
beberapa waktu, badai datang silih berganti. Merasa tidak terima dengan
keputusan forum HIMADA. Diangkatlah IKBAYA kepermukaan. Kali ini dengan
semangat yang lebih serius. IKBAYA menegaskan dirinya sebagai organisasi yang
resmi dan legal dengan menjadkannya organisasi berbadan hukum yang terdaftar di
KEMENKUMHAN.
Alumni cukup antusias, ada yang iuran tenaga, pikiran, ingatan bahkan materil demi IKBAYA berbadan hukum. Terkumpullah sumber daya dan jadilah IKBAYA sebagai organisasi yang legal berbadan hukum dan terdaftar di kementrian.
Episode
belum selesai. Juni 2016 pada peringatan Milad Yaspida ke 16, IKBAYA kembali
digugaT keabsahannya. Forum menyatakn sikaf mosi tidak percaya dengan apa yang
terjadi waktu itu. Dari sanalah awal mula munculnya nama FORSADA (Forum Silaturahmi
Alumni Yaspida). Riuh rendah, pasang surut perjuangan organisasi alumni Yaspida
menandakan begitu kuatnya i’tikad masing-masing alumni dalam menunjukan
kecintaannya pada lembaga yang membesarkannya.
Pada
akhirnya, meminjam istilah Fredrich bahwa dalam sejarah, yang akan memenangkan
panggung sejarah adalah mereka yang konsisten dengan cita-citanya. Sejarah adalah
miliki para pemenang, begitu adagium bekelakar. Dan saya masih percaya apa yang
diungkapkan G.W.F Hegel, bahwa yang rasional, yang akan panjang umur. PANJANG
UMUR PERJUANGAN !
lampira: